caracetak.com | meskipun caracetak.com lebih sering membahas percetakan dan print kertas dan sejenisnya hal itu bukan berati hanya akan membahas dengan tema yang itu-itu saja, selama masih ada hubungannya dengan cetak mencetak dan bisa digunakan untuk wira usaha kenapa tidak, kali ini cara cetak.com akan menguraikan Cara cetak dan buat gula merah dan semut dari aren dari awal hingga sampai gula dicetak.
Penyadapan Nira
Gula merah aren dibuat dari tanaman aren. Nira ini dihasilkan dari
penyadapan tonggol (tandan) bunga jantan. Jika yang disadap tonggol
bunga betina, maka akan diperoleh nira yang tidak memuaskan baik dari
segi kuantitas maupun kualitasnya. Setiap tongkol bunga jantan dapat
disadap selama 3-4 bulan, yaitu sampai tongkolnya habis atau mengering.
Nira hasil sadapan selama periode ini, mula-mula jumlahnya sedikit
kemudian jumlahnya meningkat sampai pertengahan masa sadap dan akhirnya
kembali jumlahnya sedikit seperti semula. Jika pertumbuhannya subur,
dapat tumbuh beberapa tongkol bunga jantan dan betina secara serentak.
Pohon seperti ini dapat lebih menguntungkan karena pada satu pohon dapat
disadap beberapa tongkol bunga jantan setiap harinya.
Sebanyak 4-5 liter nira bisa dihasilkan dari satu tongkol bunga (dua
kali penyadapan), tergantung dari tingkat kesuburan pohon aren tersebut
(Sunanto, 1993).
Untaian-untaian bunga jantan panjangnya hanya sekitar 50 cm, jauh lebih
pendek dari untaian-untaian bunga betina yang panjangnya bisa mencapai
175 cm.
Persiapan penyadapan nira aren merupakan kegiatan yang sangat penting
agar dapat memperoleh nira yang cukup banyak dan lama penyadapannya
dapat lebih lama. Kegiatan ini terdiri dari pembersihan tandan, bunga
dan memukul-mukul tandan.
![]() |
Memukul tandan aren untuk memperlancar nira |
Pembersihan tandan aren dilakukan jika bunga jantan belum pecah
kulitnya, yaitu dengan membersihkan ijuk yang ada di sekitar tandan dan
sekaligus membuang (menghilangkan) dua pelepah daun yang berada di atas
dan di bawah tandan bunga. Pembersihan ini dilakukan agar lebih mudah
melakukan penyadapan.
Setelah di sekeliling tandan bersih, kemudian tandan diayun-ayunkan dan
dipukul-pukul agar dapat memperlancar keluarnya nira melalui pembuluh
kapiler (pembuluh phloem). Pemukulan dilakukan dengan kayu secara ringan
(tidak terlalu keras) dan tandan jangan sampai terluka. Pengayunan dan
pemukulan tersebut dilakukan berulang-ulang selama tiga minggu dengan
selang waktu dua hari.
Untuk melihat apakah bunga jantan yang sudah diayun dan dipukul itu
sudah menghasilkan nira atau belum, maka tandan ditoreh (dilukai) jika
torehan belum mengeluarkan cairan, maka tandan perlu diayun-ayunkan dan
dipukul-pukul lagi.
![]() |
Nira Siap Sadap dari Tandan Aren |
Jika torehan sudah mengeluarkan cairan, maka sudah siap disadap niranya.
Kemudian tandan bunga dipotong tepat pada torehan tersebut dengan sabit
atau parang yang tajam. Setelah tandan dipotong, kemudian diletakkan
sebuah
bumbung bambu yang khusus dibuat untuk menampung nira di bawah tandan
yang dipotong, atau ujung tandan yang sudah dipotong masuk sedikit dalam
mulut bumbung. Agar kedudukan bumbung tersebut kuat, maka bumbung harus
diikat dengan batang pohon aren atau pangkal tandan.
![]() |
Bumbung aren menampung nira aren |
Dalam sehari, penyadapan nira aren dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pagi
dan sore hari. Nira yang sudah ditampung sejak sore hari, kemudian
diambil pada pagi hari berikutnya, dan nira yang ditampung sejak pagi
hari, niranya diambil pada sore hari. Setiap mengganti bumbung, tandan
tempat keluarnya nira harus diiris tipis agar saluran atau pembuluh
kapiler terbuka, sehingga nira dapat keluar secara lancar. Setiap tandan
bunga jantan dapat disadap selama 3-4 bulan, yaitu sampai tandannya
habis atau mengering
Karena banyaknya nira, maka bumbung sebaiknya dibuat dari bambu jenis
petung atau ori. Nira aren segar lebih jernih dan sedikit lebih kental
jika dibandingkan dengan nira kelapa segar.
Pembuatan Gula Merah
Nira mempunyai sifat mudah asam karena adanya proses fermentasi oleh
bakteri Saccharomyces sp. Oleh karena itu nira harus segera diolah
setelah diambil dari pohon, paling lambat 90 menit setelah dikeluarkan
dari bumbung.
Nira dituangkan sambil disaring dengan kasa kawat yang dibuat dari bahan
tembaga, kemudian diletakkan di atas tunggu perapian untuk segera
dipanasi (direbus). Pemanasan ini berlangsung selama 1-3 jam, tergantung
banyaknya (volume) nira. Pemanasan tersebut sambil mengaduk-aduk nira
sampai nira mendidih. Buih-buih yang muncul di permukaan nira yang
mendidih dibuang, agar dapat diperoleh gula aren yang berwarna tidak
terlalu gelap (hitam), kering dan tahan lama. Pemanasan ini diakhiri
setelah nira menjadi kental dengan volume sekitar 8%.
Proses produksi gula cetak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu langsung dari nira aren atau dari gula semut reject.
Proses produksi gula cetak yang menggunakan nira aren biasanya hanya
dilakukan di tingkat pengrajin. Sedangkan, di tingkat industri, gula
cetak diproduksi dari gula semut reject yaitu gula semut yang menggumpal
dan tidak lolos ayakan.
Meskipun demikian, secara garis besar proses produksinya tidak ada
perbedaan. Proses produksi dimulai dari penyadapan nira, pemasakan nira,
pengadukan dan pencetakan gula aren. Penyadapan nira aren biasanya
dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Sebelum
menyadap, lodong atau bambu penampung diberi sedikit air kapur pada
dasarnya yang bertujuan untuk mengurangi resiko rusaknya nira aren
akibat pembiakan organisme mikro.
Nira hasil sadapan pagi disaring menggunakan ijuk dari pohon aren
kemudian dituang di kuali dan dimasak hingga matang agar menjadi gula
cetak setengah jadi kemudian disimpan. Tujuan memasak nira sebelum
disimpan adalah untuk menjaga daya tahan, karena nira aren mentah hanya
tahan 3 jam. Nira yang disadap sore, kemudian dicampur dengan nira pagi
yang sudah dimasak untuk kemudian dimasak bersama. Dalam pemasakan nira
ini, juga perlu ditambahkan minyak goreng atau minyak kelapa sebanyak 10
gram untuk tiap 25 liter nira.
Pada proses memasak, sesekali dilakukan pengadukan. Setelah memasuki
fase jenuh yang ditandai dengan terbentuknya buih, pengadukan dilakukan
lebih sering hingga nira aren menjadi pekat. Pada fase ini juga
dilakukan pembersihan dari buih dan kotoran halus. Kemudian gula aren
dicetak di dalam cetakan dari kayu dengan membersihkan cetakan tersebut
terlebih dahulu dengan menggunakan air kapur dan merendamnya dengan air
bersih untuk memudahkan pelepasan gula aren nantinya.
Lama pemasakan nira aren hingga dicetak adalah 3-4 jam (Bank Indonesia, 2008).
Untuk memperoleh gula aren yang berkualitas tinggi sangat tergantung
pada kualitas nira yang diproses. Menurut Joseph et al (1994), nira yang
disadap pada pagi hari memiliki pH yang lebih rendah daripada nira yang
ditampung pada sore hari karena nira yang disadap pada pada pagi hari
kadar sukrosanya lebih rendah dari nira yang disadap sore hari. Hal ini
karena siang hari penguapan lebih besar dari pada malam hari.
Hasil analisis Joseph et al (1994) mengungkapkan bahwa perlakuan
terhadap penampungan berpengaruh nyata terhadap kadar sukrosa nira yang
disadap pada sore hari, tetapi tidak berpengaruh nyata pada sukrosa yang
disadap pada pagi hari. Nira yang digunakan pada bahan baku gula
sebaiknya diatas 12 persen (Rachman, 2009).
![]() |
Diagram Proses Pembuatan Gula Merah dan Gula Semut Aren |
Kekhasan gula merah aren dilihat dari segi kimianya dibandingkan dengan
gula lainnya adalah bahwa gula aren mengandung sukrosa lebih tinggi
(84%) dibandingkan dengan gula tebu (20%) dan gula bit (17%).
Dari segi kandungan gizinya, gula aren mengandung protein, lemak, kalium
dan fosfor yang lebih tinggi dibandingkan dengan tebu dan gula bit
(Rumukoi, 1990).
Demikian juga jika dibandingkan dengan nira dari pohon kelapa, nira aren lebih manis dan aromanya lebih menyengat.
Banyak keunggulan gula aren dibandingkan dengan gula kelapa, diantaranya
adalah (Dyanti, 2002) kadar gula pereduksinya lebih rendah (10,31% vs
11,72%) sehingga hasil gulanya menjadi lebih keras dan kering dan kadar
sukrosa gula aren juga lebih tinggi (Rachman, 2009).
Pembuatan Gula Semut
Proses produksi gula semut hampir sama dengan gula cetak, perbedaannya
adalah gula aren semut proses pemasakan lebih lama dibandingkan pada
gula aren cetak. Setelah nira aren yang dimasak berubah menjadi pekat,
api kemudian dikecilkan. Setelah 10 menit, kuali diangkat dari tungku
dan dilakukan pengadukan secara perlahan sampai terjadi pengkristalan.
![]() |
Memasak Nira Aren Menjadi Gula Semut |
Setelah terjadi pengkristalan, pengadukan dipercepat hingga terbentuk
serbuk kasar. Serbuk yang masih kasar inilah yang disebut dengan gula
aren semut setengah jadi dengan kadar air masih di atas 5%. Gula semut
setengah jadi dari pengrajin terlebih dahulu digiling dengan mesin
penggiling untuk menghaluskan gula yang masih menggumpal. Setelah
penggilingan, gula aren semut diayak sesuai dengan ukuran yang
diinginkan.
Ukuran yang umum dipakai adalah 10 mesh, 15 mesh dan paling halus 20
mesh dengan kadar air di bawah 3%. Untuk memperoleh tiga tingkat
kehalusan tersebut, gula yang sudah digiling diayak dengan ayakan dari
ukuran yang paling besar terlebih dahulu, yaitu 10 mesh. Gula semut yang
tidak lolos pada ayakan disebut dengan gula reject. Gula
reject tersebut kemudian dimasak kembali hingga meleleh dan mengental untuk dibentuk menjadi gula cetak.
Nah begitulah Cara cetak dan buat gula merah dan semut dari aren semoga bermanfaat bagi kalian semua, salam caracetak.com cetak apa saja ada caranya dan selamat berwirausaha.
Sumber artikel : petanihebat.com
0 komentar :
Posting Komentar